ATTENTION !!

Kami Mohon Maaf karena contoh foto pelaminan dari lamela ngosei masih kosong(belum ada) , secepatnya kami akan share di blog agar anda dapat memilih pelaminan sesuai dengan keinginan anda. Terima Kasih :)

Souvenir Murah Dari Lamela Ngosei





Handbouqet Murah Dari Lamela Ngosei

 NEXT
 NEXT
 NEXT
Lamela Ngosei

Uis Karo

Kain adat tradisional Karo (Uis Adat Karo) merupakan pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan budaya suku karo maupun dalam kehidupan sehari-hari. Uis Karo memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan pelaksanaan kegiatan budaya.

Pada umumnya Uis Adat Karo dibuat dari bahan kapas, dipintal dan ditenun secara manual dan menggunakan zat pewarna alami (tidak menggunakan bahan kimia pabrikan). Namun ada juga beberapa diantaranya menggunakan bahan kain pabrikan yang dicelup (diwarnai) dengan pewarna alami dan dijadikan kain adat Karo.

Beberapa diantara Uis Adat Karo tersebut sudah langka karena tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, atau hanya digunakan dalam kegiatan ritual budaya yang berhubungan dengan kepercayaan animisme dan saat ini tidak dilakukan lagi.

Berikut beberapa contoh Uis Adat Karo.

1. Uis Beka Buluh



Ukuran : 166 x 86 Cm

Uis Beka Buluh memiliki ciri Gembira, Tegas dan Elegan. Kain Adat ini merupakan Simbol Wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang Putra Karo.

Penggunaan:
  • Sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai Pria/putra Karo sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan. Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi Mahkota pada saat Pesta Perkawinan, Mengket Rumah (Peresmian Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut)
  • Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok /Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segi tiga.
  • Sebagai Maneh-maneh. Setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh Kalimbubu (Paman, Saudara Laki-laki dari Ibu, Pihak yang dihormati) sehingga berhasil dalam hidupnya. Pada Saat kematiannya, pihak keluarga akan membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan tanda syukur yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa dikenakannya yaitu Uis Beka Buluh.


2. Uis Jongkit dilaki.




Ukuran : 172 x 96 Cm

Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter kuat dan perkasa.

Penggunaan :
  • Sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Kain ini dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.

3. Uis Gatip



Ukuran : 164 x 96 Cm

Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter Teguh dan Ulet

Penggunaan :
  • Sebagai Penutup Kepala wanita Karo (tudung) baik pada pesta maupun dalam kesehariannya.
  • Untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu pada saat wanita Karo meninggal Dunia (Maneh-maneh dan morah-morah)


4. Uis Nipes Padang Rusak



Ukuran : 146 x 74 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam sehari-hari.

5. Uis Nipes Benang Iring



Ukuran : 154 x 62 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat duka cita.


6. Uis Ragi Barat / Ragi Mbacang



Ukuran : 144 x 65 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat sukacita maupun dalam keseharian.
  • Lapisan luar pakaian wanita bagian bawah (sebagai kain sarung) untuk kegiatan pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.


7. Uis Jujung-jujungen



Ukuran : 120 x 54 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita (tutup tudung) dengan umbai-umbai emas pada bahagian depannya.



8. Uis Nipes Mangiring



Ukuran : 148 x 64 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat duka cita


9. Uis Teba




Ukuran : 146 x 84 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai wanita Karo lanjut usia sebagai tutup kepala (tudung) dalam upacara yang bersifat duka cita
  • Pada beberapa daerah, kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu (Maneh-maneh) pada saat orang yang sudah lanjut usia meninggal.

10. Uis Pementing




Ukuran : 168 x 72 cm

Penggunaan :
  • Kain ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang (benting) pada saat berpakaian Adat lengkap dengan menggunakan Uis Julu sebagai kain sarung.



11. Uis Julu diberu




Ukuran :

Penggunaan :

  • Untuk pakaian wanita bagian bawah (sebagai sarung) untuk upacara adat yang diharuskan berpakaian adat lengkap.

12. Uis Arinteneng



Ukuran : 140 x 84 cm

Penggunaan :
  • Alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerehan mas kawin
  • Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam hari usai pesta peradatan (man nakan persadan tendi/mukul)

13. Perembah



Ukuran : 160 x 67 cm

Penggunaan :
  • Untuk menggendong bayi
  • Untuk anak pertama, perembah diberikan oleh Kalimbubu seiring doa dan berkat agar anak tersebut sehat-sehat, cepat besar dan menjadi orang sukses dalam hidupnya kelak.

14. Uis Kelam-kelam



Ukuran : 169 x 80 cm

Kain ini bukan kain tenun manual, tapi hasil pabrik tekstil yang dicelup warna hitam menggunakan pewarna alami.
Penggunaan :
  • penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro aron.
  • Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia (morah-morah)
Sumber : http://pariwisatakaro.blogspot.com

Cara Memakai Tudung

Tudung adalah ikat kepala yang biasa digunakan oleh wanita Karo. Ikat kepala atau topi yang dipakai oleh wanita Karo terbuat dari kain karo atau yang sering disebut dengan Uis. Uis atau kain karo banyak sekali motif dan bentuknya. Seiring perkembangan zaman sebutannya pun berbeda-beda dibeberapa daerah di tanah Karo.



Tudung biasa yang tidak  memakai benang emas biasanya dipakai oleh wanita-wanita sehari-hari sebagai penutup kepala di desa. Sementara Tudung yang memiliki corak dan design pembuatannya menggunakan benang emas dipakai oleh wanita sebagai tudung pada upacara-upacara adat dan pesta adat batak karo.

Proses pembuatannya Tudung ini memang sangat unik, hingga sekarang tidak semua orang dapat membuat tudung ini. Namun demikian setiap nama kain Uis mempunyai tempat dan arti tersendiri pada sipemakai.
Cara dan metode untuk memasangkan ikat kepala ini pun bermacam-macam.
.

Gendang Guro Guro Aron

Gendang Guro-guro Aron adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Karo yang berasal dari Datarang Tinggi Karo], Sumatera Utara, Indonesia yang sering diadakan saat pesta-pesta adat dan acara syukuran seusai panen. Seni tradisional ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan masing-masing) atas kecukupan rezeki atau hasil panen yang berlimpah atau pun juga perayaan atas kegembiraan yang dirasakan. Pada Gendang Guro-guro Aron tersebut masyarakat karo bernyanyi dan menari bersukaria, yang biasanya dilakukan sepanjang malam, dibawah cahaya bulan purnama.

Tata acara

Penyanyi terdiri dari pria dan wanita (sepasang) yang disebut perkolong-kolong. Biduan ini mengenakan pakaian adat karo dan biasanya memiliki suara yang enak didengar serta pintar saling beradu pantun atau "ejekan" dalam konteks halus dan canda. Lagu-lagu yang dinyanyikan disesuaikan dengan acara yang telah tertata oleh kelaziman yang ada. Lagu pertama biasanya adalah lagu "Pemasu-masun" dengan lirik mendoakan agar segenap masyarakat yang ada pada acara tersebut diberikan kelimpahan rahmat, rezeki, kesehatan dan umur panjang serta kedamaian dari Yang Maha Kuasa. Sembari biduan bernyanyi ; semua panitia dan tamu undangan diajak menari di atas panggung. Lagu pembukaan bernada sentimentil ini diringi serunai, penganak, gong dan anak gung (semacam gamelan) membuat suasana menjadi khidmat dan syahdu. Seusai lagu "Pemasu-masun Simalungun Rakyat", selanjutnya biduan menyanyikan lagu-lagu permintaan yang diikuti dengan tarian dari masing-masing "marga" (pam) yang hadir. Para penari harus berpasangan dengan istrinya atau jika belum menikah berpasangan dengan impal (pariban)nya. Kesempatan ini biasanya digunakan muda-mudi untuk berkenalan atau lebih mengintensifkan perkenalan yang telah dijalin.
Setelah semua marga (ada lima marga dalam masyarakat Karo), panitia, petugas keamanan dan kelompok-kelompok lain yang ada pada acara usai mendapat giliran menari maka kedua biduan diadu bernyanyi dengan saling membalas pantun atau "ejekan" sambil mengerahkan kemampuan menari yang dimiliki. Adegan ini biasanya diadakan menjelang tengah malam, yang merupakan puncak acara.
Gendang Guro-guro Aron sejak dahulu juga sering dimanfaatkan oleh para penguasa (pemimpin/tokoh adat) masyarakat Karo untuk menyampaikan pesan-pesan, biasanya pesan perdamaian dan semangat kerja kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lagu-lagu Karo yang tercipta dengan nada riang penuh semangat mengajak masyarakat bekerja keras . Pada masa revolusi seni tradisional ini dijadikan pula sebagai penggelora semangat perjuangan kemerdekaan. Hal ini tercermin dari lagu-lagu perjuangan yang bernada heroik.
Pada masa Orde Baru, kesenian interaktif ini dimanfaatkan oleh partai politik di Indonesia sebagai media untuk kampanye politik.
Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan cara orasi pada saat-saat jeda lagu; penyampaian jargon-jargon dan himbauan oleh pembawa acara dan Perkolong-kolong serta melalui lagu-lagu yang dinyanyikan.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gendang_guro-guro_aron

Salah Satu Contoh HandBouqet Lamela

LIKE THIS :)

Tudung Khas Karo


















Pemenang Juara 1 Putri Karo



Juara 1 Putri Karo tepatnya pada bulan April 2011 di Hotel Kartika Chandra, diikuti lebih dari 20 putri karo di Indonesia. Puji Tuhan dengan sgala upaya kerja keras dengan waktu yang sesingkat mungkin LamelaNgosei dipercayakan untuk bekerjasama dengan Juara 1 Putri Karo ini yang bernama Dea Rehenda br Ginting Munthe, untuk memberikan yang terbaik disaat acara ajang pencarian Putri Karo. Setelah turang beru ginting ini menjadi juara, LamelaNgosei puji Tuhan semakin dipercaya dari sebagian orang karo di Indonesia..

Owner & Cru Lamela Ngosei









Search